1. Mengapa PLUS di kali PLUS hasilnya PLUS?
2. Mengapa MINUS di kali PLUS atau sebaliknya
PLUS di kali MINUS hasilnya MINUS?
3. Mengapa MINUS di kali MINUS hasilnya
PLUS?
Hikmahnya adalah:
(+) PLUS = BENAR
(-) MINUS = SALAH
1. Mengatakan BENAR terhadap sesuatu hal yang BENAR adalah suatu tindakan yang BENAR.
Rumus matematikanya:
+ x + = +
2.
Mengatakan BENAR terhadap sesuatu yang SALAH atau sebaliknya mengatakan
SALAH terhadap sesuatu yang BENAR adalah suatu tindakan yang SALAH.
Rumus matematikanya:
+ x - = -
- x + = -
3. Mengatakan SALAH terhadap sesuatu yang SALAH adalah suatu tindakan yang BENAR.
Rumus matematikanya :
- x - = +
Pelajaran yang terkenal sulit itu ternyata mengandung sarat makna kebenaran, yang bisa kita ambil sebagai pelajaran hidup. :)
Jangan lupa dibagikan jika dirasa benar dan bermanfaat :)
Pernah
melihat tanda #? Di mana? Di Twitter? Ya, itu benar. Tapi rupanya tanda
# bukan milik para pengguna aktif Twitter. Jauh sebelum itu, pesawat
telepon sudah memiliki simbol # dalam tombol mereka.
Dan kali ini
yang lebih ekstrem, perusahaan arsitek Denmark, BIG (Bjarke Ingels
Group) merancang sebuah kompleks menara apartemen yang berbentuk # di
kawasan distrik bisni Yongsan, Seoul, Korea Selatan. Dengan tiga
jembatan berdesain unik menghubungan kedua menara. Menara #
memperlihatkan komunitas urban baru dengan gaya tiga dimensi.
ada yang tau siapa nama asli pemilik kuburan ini ?
petunjuk: ini kuburan yang ada di cartoon spongeboob nama kuburannya adalah kuburan terapung !
ayo jawab.! :D
Ya,
matahari yang kita liat di bumi adalah matahari sekitar 8 menit yang
lalu. Berikut adalah ulasan mengapa matahari yang kita lihat di bumi
adalah matahari yang 8 menit yang lalu. Seperti yang kita ketahui matahari adalah bintang yang terdekat dengan bumi dan satu2nya bintang yang ada di galaksi bimasakti.
Jarak
matahari ke bumi adalah 149.669.000 kilometer (93.000.000 mil). Jarak
ini dikenal sebagai satuan astronomi dan biasa dibulatkan (untuk
penyederhanaan hitungan) menjadi 148 juta km. dan kita juga mengenal
adanya kecepatan cahaya yaitu 1.079.252.848,80 kilometer perjam (km/h)
atau 17.987.547,48 meter per menit (m/m). Perhitungan kecepatan cayaha matahari menuju bumi: 149.669.000 km/17.987.547,48km/menit 8.3207007607 menit Jadi
sekitar 8 menit cahaya matahari sampai ke bumi, dan bisa di katakan
juga seandainya matahari padam, kita di bumi baru menyadarinya sekitar 8
menit yang lalu. unik ya..
Tidak
punya alis bukan suatu hal yang aneh bagi perempuan masa kini yang
gemar bersolek. Mencukur habis rambut di atas mata itu sengaja dilakukan
agar mempermudah mereka melukis alis yang melengkung sempurna di pagi
hari yang sibuk. Tapi Mona Lisa bukan perempuan masa kini. Istri
pedagang dari Florentine yang dilukis oleh Leonardo Da Vinci itu hidup
pada abad ke-16.
Sehingga muncul berbagai pertanyaan mengapa
wanita dalam lukisan itu sama sekali tak memiliki alis, bahkan bulu
mata. Beberapa peneliti menyatakan bahwa mencabuti rambut di wajah
adalah praktek umum bagi wanita beradab pada masa itu. Sebab, rambut itu
dianggap tak elok dilihat. Tentu saja penjelasan ini tak memuaskan
banyak penikmat senyum wanita yang penuh tanda tanya itu.
Pascal
Cotte adalah salah seorang di antaranya. Warga Paris ini kerap
bertanya-tanya mengapa Mona Lisa berbeda dengan lukisan sang maestro
lainnya. Da Vinci selalu menggoreskan alis dan bulu mata pada semua
lukisannya. Karya Da Vinci yang paling terkenal ini memang bukan barang
baru buat Cotte. Pada 1969, Cotte kecil meminjam kartu pass Metro milik
ibunya dan pergi ke Museum Louvre untuk melihat sendiri apa yang disebut
ibunya sebagai lukisan terindah di dunia.
Bocah 11 tahun itu
berdiri berjam-jam di depan lukisan etrsebut, sangat lama sehingga
seorang penjaga museum menawarkan kursinya. Sudah 35 tahun berlalu,
Cotte--yang kini seorang insinyur teknik--kembali menghabiskan tiga jam
di depan lukisan itu. Namun, kali ini ia membawa sebuah kamera raksasa
dan izin untuk mengeluarkan lukisan itu dari bingkai dan kotak
pengamannya. Foto-foto hasil jepretan Cotte, termasuk mata, mulut, dan
tangan yang diperbesar 20 kali lipat, dipamerkan di Metreon, San
Francisco, Amerika Serikat.
Foto mata yang diperbesar itulah yang
akhirnya menjawab pertanyaan Cotte. Ketika meneliti foto itu, ia
menemukan selembar rambut di dahi kiri Mona Lisa, bukti sesuatu yang
dulunya alis. Ada kemungkinan alis ini hilang karena pigmen cat memudar
atau terhapus gara-gara upaya restorasi yang ceroboh. "Saya adalah
seorang insinyur dan saintis. Bagi saya, semua harus masuk akal,"
ujarnya. "Tidak masuk akal bahwa Mona Lisa tidak punya alis atau bulu
mata. Saya menemukan selembar rambut alisnya."
Selain menemukan
alis, Cotte menciptakan reproduksi yang disebutnya definisi tinggi yang
paling akurat dari lukisan yang berumur 500 tahun itu. Berkat teknik
pemindaian gambar 240 juta piksel yang memakai 13 spektrum warna,
termasuk ultraviolet dan inframerah, Cotte bisa menampilkan warna asli
lukisan itu ketika baru selesai dikerjakan Da Vinci.
Cotte
mengatakan pemindaian digital ultradetail lukisan itu memungkinkan ia
menggali secara efektif menembus tumpukan cat yang berlapis-lapis dan
melihat wajah asli Lisa Gherardini, wanita dalam lukisan tersebut.
"Cukup dengan satu foto, Anda bisa lebih mendalami konstruksi lukisan
itu dan mengerti bahwa Leonardo adalah seorang jenius," kata Cotte dalam
pembukaan pameran "Da Vinci: An exhibition of Genius" di San Francisco,
Rabu lalu.
Kamera supercanggih yang lahir dari keahlian Cotte
dalam bidang optik dan cahaya itu membantunya memeriksa lukisan yang
menjadi obsesinya. Pria 49 tahun itu memperkirakan tak kurang dari 3.000
jam dihabiskannya untuk menganalisis data hasil pemindaian Mona Lisa
yang dibuatnya di laboratorium Louvre pada tiga tahun lalu.
Sensor
pendeteksi cahaya dari spektrum warna sampai inframerah dan ultraviolet
yang tak terlihat mata manusia itu juga mengungkapkan berbagai detail
yang hilang dari lukisan tersebut. Gambar zoom in ini membuat Cotte bisa
melihat perubahan posisi tangan kanan istri Francesco del Giocondo itu,
yang terletak persis di perutnya.
Sebelum Mona Lisa, tidak
pernah ada lukisan potret dengan posisi tangan seperti itu. Meski tak
mengetahui alasan Da Vinci, banyak pelukis yang meniru posisi tersebut.
Cotte
menemukan pigmen yang berada di bawah pergelangan tangan kanan sama
persis dengan gambar selimut yang menutupi lutut Mona Lisa. Hal itu
menjelaskan bahwa lengan bawah dan pergelangan tangan tersebut memegang
satu sisi selimut. "Pergelangan tangan kanan itu terletak jauh di atas
perutnya," kata Cotte. "Tapi, jika dilihat lebih dalam memakai
inframerah, Anda akan tahu bahwa ia memegang selimut dengan pergelangan
tangannya."
Gambar inframerah itu juga mengungkapkan sketsa yang
berada di bawah tumpukan lapisan cat dan pernis. Cotte menyatakan hal
itu menunjukkan bahwa Da Vinci juga manusia. "Jika memperhatikan tangan
kirinya, Anda bisa melihat posisi pertama jari jemarinya serta mengubah
pikiran dan melukisnya dengan posisi lain," katanya. "Bahkan Da Vinci
pun punya keraguan."
Hasil analisis Cotte juga mengungkapkan
warna asli lukisan itu. Waktu, pernis, dan restorasi menyebabkan lukisan
yang kini tersimpan di balik kaca antipeluru itu tampak penuh dengan
warna hijau gelap, kuning, dan cokelat.
Namun, foto digital 22
gigabita yang dihasilkan 13 filter warna berbeda, bukan filter tiga atau
empat warna yang biasa ditemukan dalam kamera digital pasaran,
mengembalikan warna asli lukisan itu. Dalam bentuk aslinya, Mona Lisa
memiliki warna biru terang dan putih cemerlang. "Bagi generasi
mendatang, kami menjamin Anda akan bisa melihat warna asli lukisan itu,"
ujar Cotte.
Meski sejumlah sejarawan seni mengungkapkan
skeptisisme atas temuannya, Cotte berharap teknik baru ini bisa
digunakan sebagai panduan bagi restorasi beragam lukisan kuno di masa
depan. Setelah memindai Mona Lisa, Cotte membuat foto dengan resolusi
supertinggi dari 500 lukisan, termasuk karya Van Gogh, Brueghel,
Courbet, dan pelukis Eropa lainnya. "Untuk mengkomunikasikan warisan
budaya bagi anak-anak kita, kami perlu menyediakan informasi
sebanyak-banyaknya," ujar Cotte.